Judul Buku :
Danau Satonda (Cerita Rakyat Dompu-NTB)
Penulis
: Abdul Haris
Penerbit
: CV. Mahani Persada
Cetakan
: II, Januari 2007
Tempat Terbit :
Mataram, NTB
Tebal :
vii + 32 halaman
Ukuran Buku
: 20,5 cm x 14,5 cm
Ilustrasi Sampul : Buku ini dikemas dengan sampul buku yang
berisi gambar ilustrasi yang didominasi warna biru dan dipadu-padankan dengan
warna putih memberi kesan yang sederhana namun menarik. Kumpulan air berwarna
biru muda terhampar di bawah pegunungan dengan warna biru tua yang memberi
kesan tampak dari kejauhan, terdapat juga sepasang awan berwarna putih pada
sisi kiri dan kanannya. Pada sampul, tertulis judul dengan kata “Danau”
berwarna hitam, sedangkan kata “Satonda” dengan ukuran huruf yang lebih besar
dan jenis huruf yang berbeda dengan gaya
lebih dinamis dibumbui warna merah menyala dan warna abu-abu di tepinya yang
menumbuhkan kesan bayangan pada tulisan sehingga tampak seperti tiga dimensi.
Di bawah kata “Satonda” tertulis keterangan asal cerita yakni “Cerita Rakyat
Dompu-NTB” dengan ukuran huruf yang lebih kecil dan jenis huruf yang berbeda
berwarna hitam.
Menyelami
buku “Danau Satonda”, pembaca seolah-olah dibawa ke kawasan gunung Tambora dan
sekitar danau Satonda yang merupakan tempat berlangsungnya cerita. Penggambaran
latar yang sangat kuat menjadi salah satu nilai lebih dari buku ini. Cerita
rakyat Dompu yang mengisahkan asal muasal danau Satonda yang konon terbentuk
dari air mata penyesalan Santonda akibat memaksakan cintanya kepada ibu
kandungnya sendiri, mengalir ke sebuah lekukan menyerupai kawah berisi air
hingga airnya menjadi sangat asin.
Cerita
disajikan dengan rangkaian alur peristiwa yang lengkap dalam gaya bahasa yang
indah dan sangat mudah untuk dipahami sehingga dapat membantu meningkatkan daya
imaginatif pembaca. Cerita yang sarat akan makna dan nilai ini tentu sangat bermanfaat.
Amanat cerita tergambar jelas dalam setiap bagian cerita, tentang kasih sayang
orang tua, pentingnya berbakti pada
orang tua, dan dampak buruk dari kelalaian serta memaksakan kehendak pada orang
lain. Buku ini juga dilengkapi beberapa gambar ilustrasi sebagai media grafis
yang akan memudahkan pemahaman ulasan cerita khususnya untuk kalangan anak-anak.
Kelemahannya
adalah penulis kurang mampu membangkitkan rasa ingin tahu atau rasa penasaran
pembaca. Pembaca terkesan hanya disuapi tanpa ada stimulus untuk berpikir
kelanjutan dari cerita. Misalnya pada suatu paragraf tertulis: Ari Mantika
mengerutkan dahinya, ia cukup heran akan kata
terakhir suaminya. Pembaca sudah dapat menebak bahwa suami Ari Mantika akan
mati.
Namun,
dengan adanya buku ini, pembaca dapat meningkatkan wawasan cerita lokal, untuk menina bobokan anak-anak sebelum tidur, dan
nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya dapat menjadi bekal pembaca dalam
meniti kehidupan.