RSS

Mau buat buku tamu ini ?
Klik di sini

Sabtu, 07 November 2015

RONA-RONA BANGSAKU


Rahilia Dinta Mahmuda dan Nawang Sasih Menggunakan Baju Khas Sasak (Lambung)



Gemerlap budaya bangsaku mulai bersua
Mulai menggema, debarkan dada bima sakti yang perkasa
Membumbung menuju seluruh penjuru dunia.

Dengarlah!
Dendang dendang gong-gong pembelah angkasa
Senandung riuh seruling bambu menyeruak pula
Gamelan-gamelan lantunkan nada-nada penuh warna
Gendang-gendang raksasa dipukul meraung-raung
Suara kecapi mendayu-dayu malu, merayu

Gegap gempita bangsaku terlihat juga,
Sejukan mata dunia.

Lihatlah!
Siluet tapak kaki berjingkak-jingkak ikuti nada-nada diudara
Berderap langkah mereka bak prajurit berusaha untuk merdeka
Tari rudat  gambarkan sulutan semangat berjuang yang mendera-dera

Jari tangannya menari-nari seirama melodi
Tampilkan tari kecak dengan suara khas cak-cak-cak
Tambahkan symphoni melodi  tari

Menggeliat pinggul mereka
Selendang disentak tangan halus nan mulus
Badan penari  jaipong di tanah sunda
Bergelayut indah penuh pesona

Beribu-ribu pulau menyatu dalam Indonesiaku
Berdiri tegar diantara samudera dan dibawah horizon biru yang menatap lugu
Warna warni Indonesiaku dari berbagai suku berpadu
Merah kuning hijau biru berpadu dalam corak busana budaya khas Indonesiaku
Bak cahya aurora di angkasa tampilkan gradasi warna yang sempurna
Sejukkan setiap mata yang memandangnya
Ibu pertiwi patut berbangga atas apa yang dikandungnya

Tak ada yang sama bahkan para satwanya
Cendrewasih  dengan bulu penuh warna memesona mata pengunjung Papua
Badak bercula yang menjadi khas pulau Jawa
Hingar bingar raungan harimau Sumatera tembus cakrawala
Burung koak-kaok Lombok dengan suara khasnya
Para komodo asik bercengkrama di Nusa Tenggara
Siamang-siamang tengah asik beradu
Semuanya ramaikan ragam Indonesiaku

Tak ada yang sama pada bahasa daerahnya
Logat berbeda menjadi khas daerah tiap pulaunya
Namun bahasa kami satu jua,
Bahasa Indonesia dalam cengkrama

Ibu pertiwi kembali bercerita
Dengarlah!
Bunga bangkai Jawa Tengah pamerkan aroma
Raflesia di Sumatera enggan bersingut dari peraduannya
Anggrek bulan tengah bercerita pada purnama
Bahwa ia iri pada kecantikan Indonesia

Hujan November enggan mengundang pelangi datang
Karena ia tahu sabuk bidadari itu tak kan sanggup kalahkan warna-warni bangsaku
Senja pun mungkin enggan menantang
Karena ia tahu langit senja tak kan berani beradu
Hingga cahya aurora di kutub utara pun enggan bertamu
Karena ia sadar gradasi warnanya tak seindah corak bangsaku

Tak ada yang sama.
Memang!
Bhinneka tunggal ika telah penuhi selaksa rongga dada
Namun kami tetap sama bahkan bila itu berbeda
Tetap sama dalam bangsa Indonesia yang kaya.

Ibu pertiwi patut berbangga
Siapapun tak memilikinya,
Hingga kau lihat banyak yang iri mencoba mencuri
Tak tau malu mengaku-aku

Mereka ingin merampas!
Tidakkah kau sadar?
Mereka ingin memiliki yang kau genggam!
Tidakkah kau tahu?
Mereka mengatakan mereka pemilik atas apa yang kau punya!
Tidakkah kau geram?
Hingga kau pun harus menjaga,
Agar ibu pertiwi tak teteskan air mata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar