Panas terik
sang surya di bukit pantai Kuta
Pantulkan
cahyanya di sela pesona birunya hamparan samudera
Silaukan
mata-mata mereka yang haus budaya
Dua pemuda
bidang ditengah bundaran kerumunan
Saling menatap
dengan tatapan sangar
Bak algojo yang
siap lukai tawanan
Penikmat budaya
mulai menatap gusar
Berharap sang
pemuda mampu taklukan lawan
Laki-laki
perkasa memulai aksinya
Lihai badan menangkis
dan menyerang pemuda dihadapannya
Pecut maut
melukai tubuh mereka
Mengalirkan
darah pilu hingga lemah tak berdaya
Hingar bingar
teriakan sekitar bundaran, membakar bara api semangat dalam jiwanya
Bangkit lagi
dan berjuang
Berjuang!
Pria yang
terluka menyerang
Bagaikan singa
yang memangsa buruannya
Mengoyakkan
sendi-sendi pertahanan lawannya
Merongrong
tenaga lawan
Terus menerkam
Terus menerjang
Ia haus DARAH!
Ia haus darah
Sakit yang ia
rasa tak padamkan kobaran api emosi dalam dirinya
Pemuda yang
tampak lemah itu tak mau menyerah
Walau punggung
banjir darah
Walau nafasnya
terengah-engah
Walau tersayat
Walau mungkin
ia akan sekarat
Hingga mungkin
hidupnya kan tamat
Mereka saling
menyakiti
Mereka saling
melukai
Mereka beraksi
Bukan karena
bermusuhan
Tapi tekad
mempertahankan warisan budaya peresean
Adu ketangkasan
Adu mental
Berjuang!
Dua pemuda
bidang bertarung
Bukan sekedar
jadi pemenang yang hanya ingin menang
Tapi bertarung
dengan cinta demi budaya warisan nenek moyang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar